Total Tayangan Halaman

Senin, 15 November 2010

Bushido, Sebuah Transformasi Nilai Karakter Bangsa Melalui Jalan Hidup Samurai

Transformasi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.  Tanpa transformasi maka dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan bertahan.  Begitu juga dalam konteks masyarakat atau bangsa, dimana bangsa yang tidak mau atau tidak mampu melakukan transformasi tidak akan survive menghadapi perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan kemajuan teknologi.
Satu cerita sukses dalam transformasi nilai-nilai tradisional ke dalam kehidupan modern muncul dari bangsa Jepang.  Negara ini dikenal di seluruh dunia sebagai sebuah negara tempat munculnya ide-ide brillian dan inovasi teknologi robot sebagai pembantu manusia di era milenium.
Jepang yang modern tidak dapat dipisahkan dari srejarah kebangkitan bangsanya dari keterpurukan akibat pergulatan kekuasaan hingga tahun 1868.  Restorasi Meiji adalah titik balik dalam sejarah bangsa Jepang, sejak itulah kesadaran mulai dirasakan , adanya kekuatan-kekuatan besar di luar mereka yang kemudian menggerakkan bergulirnya modernisasi.  Restorasi Meiji merupakan usaha besar Kaisar Meiji untuk menciptakan Jepang baru, yaitu transformasi dari negara terisolasi dan miskin menjadi negara yang modern dan eksis dalam kancah internasional, hal ini kemudian terealisasi di abad dua puluh.
Kepribadian bangsa Jepang yang berhasil mengawal dalam proses transformasi adalah karakter-karakter yang bersumber dari semangat Bushido.  Semangat yang telah menjadi pondasi dasar dan berakar pada bangsanya.  Salah satu substansi Bushido yaitu rasa malu, bangsa Jepang malu terhadap lingkungan jika melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.  Harakiri menjadi ritual sejak era Samurai.  Mereka mempunyai semboyan yang sangat keras, menang atau kalah, dan kekalahan harus berakhir dengan kematian.  Ketika Jepang memutuskan untuk menyerah pada Amerika, banyak tentara yang ,memilih mati.  Istilah mengundurkan diri bagi para pejabat, menteri, dan sebagainya yang terlibat korupsi atau merasa gagal dalam menjalankan tugas sebagai alternatif.  Menteri Pertanian Jepang Tahun 2007 mengundurkan diri dari jabatannya karena terjerat kasus korupsi, bahkan akhirnya memilih bunuh diri.  The Deputy Major of Kobe melakukan hal yang sama, karena merasa tidak mampu menjalankan tugas memulihkan kota Kobe pasca gempa bumi tahun 1995, melompat dari gedung yang tinggi.  Disisi lain Yakuza atau mafia Jepang, rasa malu dan penyesalan ditunjukkan dengan cara memotong jari tangan mereka.
Modernisasi yang terjadi pada Jepang tidak menampakkan kecenderungan ke wajah individualisme.  Juga tidak mengekspresikan wajah meningkatnya perang antar saudara, tapi diwarnai dengan solidaritas dan kegotong royongan.  Budaya untuk tetap semangat, menjaga warisan leluhur atau budaya tradisional, karena dengan nilai-nilai budaya tersebut dapat memfilter ekses-ekses negatif dari modernisasi.
Karakter suatu bangsa hendaknya terbentuk dikarenakan masyarakatnya sarat dengan karakter yang unggul dan belajar dari keberhasilan orang lain, sehingga bangsa Jepang tidak segan-segan menyerap pola pikir dan cara hidup bangsa lain sebagai titik tolak untuk perubahan bangsanya.

Jika ingin kemakmuran 1 tahun, tumbuhkanlah benih

Jika ingin kemakmuran 10 tahun, tumbuhkanlah pohon

Jika ingin kemakmuran 100 tahun, tumbuhkanlah manusia

Kata-kata di atas merupakan filosofi Konfusius yang dipakai para pemimpin Jepang untuk memajukan negaranya.  Makna tumbuhkanlah manusia berarti harus bermula pada karakter bangsa.  Jika Jepang bisa, Indonesiaku pun harus bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar